Kenapa kita ngga bisa balikan?
Kenapa kita ngga bisa bareng lagi?
Sebenarnya apa yang salah dari hubungan ini?
Kenapa berpisah malah jadi solusi dalam hubungan ini?
Jawabannya simpel, karena perasaanmu buat aku sudah kadarluarsa.
Seiring berjalannya hubungan ini, perasaanmu kian menyusut setiap harinya .
Meninggalkan, atau ditinggalkan?
Opsi mana yang akan kalian pilih? Mana yang lebih menyakitkan?
Tetapi jika kalian tidak bisa memilih karena hal itu datang secara tiba-tiba, apa yang akan kalian lakukan?
Aku baru saja ditinggalkan. Oleh seseorang yang kepadanya kuberi segala rasa dan asa yang kumiliki.
Ia meninggalkanku begitu saja hanya karena aku mengatakan bahwa aku merasa terganggu melihat ia bepergian dengan wanita yang pernah dekat dengannya. Ia bilang bahwa aku adalah wanita yang sangat cemburuan, padahal berkali-kali kukatakan, aku tidak akan cemburu jika wanita yang kamu ajak pergi tidak berasal dari masalalumu. Tidak memiliki cerita romansa diantara kalian berdua, ditambah pula kami LDR, tapi dia sungguh lelaki egois yang sangat kusayangi yang tidak mendengarkan segala pendapatku. Ia pergi, begitu saja dengan hatiku yang masih berada dalam genggamannya.
Aku merasa sangat sedih dan kesal tetapi juga miris. Padahal, aku banyak memiliki peluang untuk meninggalkan dia.
Aku bisa meninggalkannya saat ia menolak keberadaanku.
Aku bisa meninggalkannya saat ia mengatakan bahwa ia tidak bisa sepenuhnya menyayangiku karena wanita di masalalunya.
Aku bisa meninggalkannya saat ia memuji wanita masalalunya di hadapanku.
Aku bisa meninggalkannya saat ia mengatakan segala umpatan kasar saat kami berdebat.
Aku bisa meninggalkannya saat ia selalu menyalahkanku jika tidak sesuai dengan kehendaknya.
Aku bisa meninggalkannya saat ia berperilaku dingin terhadapku.
Lihatkan? Aku sangat banyak memiliki peluang untuk meninggalkan lelaki tersebut. Tetapi aku tidak melakukannya. Bermodalkan perasaan sayangku terhadapnya, aku terus mematahkan hatiku berkali-kali agar bisa bersamanya. Aku membunuh diriku sendiri demi memenuhi segala keegoisan nya dalam hubungan kami. Namun tentu saja itu tidak cukup, ia tetap meninggalkanku karena alasan sebelumnya.
Tapi tidak masalah, walau saat ini aku sangat amat hancur, rasanya, setiap tarikan nafas yang aku lakukan bersamaan dengan mengalirnya airmataku. Sesak sekali.
Aku tidak tahu harus bagaimana, tapi aku hanya bisa berharap, waktu dapat menyembuhkan segalanya.
Halo semua, apa kabar? Lama tidak berjumpa. Semoga kita semua sehat dan selalu dalam lindungan tuhan.
Saya ingin mengeluarkan sedikit isi kepala saya, karena saat ini rasanya penuh sekali. Bercerita kepada teman pun rasanya percuma, karena sebenarnya justru teman-teman saya adalah sumber kesedihan dan rendah diri saya.
Ada beberapa hal yang berputar-putar di kepala saya sejak lama, banyak pertanyaan yang sampai sekarang tidak saya temui jawabannya.
Pernahkah kalian menangisi takdir kehidupan kalian? Mengumpat pada semesta mengapa hal itu harus terjadi , bahkan saat kalian tidak melakukan apapun, tetapi justru terkena imbas yang besar dan berpengaruh pada kehidupan kalian saat ini hingga kedepannya.
Beragam pertanyaan muncul memenuhi kepala.
"Seharusnya dia tidak bersikap seperti itu, maka hidupku tidak seperti ini."
"Seandainya aku masih disana"
"Kenapa harus aku yang ikut menanggung akibatnya? Toh dia yang berbuat kesalahan"
"Kenapa harus aku yang kehilangan segalanya?"
"Sekarang aku harus bagaimana?
"Seandainya aku diberikan kesempatan untuk memilih dan mempertahankan yang aku miliki."
Sangat banyak kata seandainya yang berputar dalam benak . Semakin saya memikirkan semua pengandaian tersebut, semakin sakit dan terpuruklah diri saya. Kemudian saya mulai memikirkan kemungkinan-kemungkinan lain untuk membesarkan hati saya.
"Oh yasudah, tidak masalah. Mungkin memang ini jalannya"
"Mungkin memang ini yang terbaik"
"Mungkin sekarang harus bersusah payah dulu untuk bangkit. Hidup tidak melulu tentang kesedihan. Nanti pasti ada saatnya untuk bahagia. Ada hikmahnya di kemudiah hari"
"Ngga masalah kamu kehilangan segalanya hari itu. Kamu bisa memulai semuanya dari awal"
"Mimpimu tidak berhenti di tempat itu"
"Tuhan tidak memberi cobaan diluar batas kemampuan umatnya, kalau aku di uji sekarang. Tandanya tuhan percaya aku mampu"
Kira-kira seperti itulah pikiran-pikiran saya saat ini. Saya tidak membiarkan diri saya hanyut terlalu lama untuk menangisi kehidupan. Merasa sedih itu wajar dan manusiawi, asalkan tidak berlarut-larut dalam kubangan kesedihan tersebut.
Apa saat ini saya masih sering bersedih akan hal tersebut? Tentu, iya. Seperti yang saya katakan sebelumnya, teman-teman saya adalah sumber kesedihan saya. Mereka tidak berbuat salah. Hanya saja, kenangan kami yang menyakiti saya perlahan. Kami berteman baik hingga sekarang, sangat dekat dan saling mendukung dalam berbagai hal. Tetapi seperti yang saya bilang, kenangan kami lah yang mengikis harapan saya kian hari.
Apa saya menyesal tetap memelihara kenangan kami dan menjalin komunikasi dengan mereka? Jawabannya adalah tidak. Saya bersyukur, saat saya kehilangan segalanya, mereka masih ada untuk saya, walau jelas mereka tidak tau yang sebenarnya.
Yang menjadi permasalahannya adalah, karena saya belum ikhlas. Itu menjadi batu sandungan terbesar saya dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, siapapun yang membaca tulisan ini, doakan saya agar bisa ikhlas dan mensyukuri takdir ya. Semoga doa baik yang kalian panjatkan, kembali lagi kepada kalian.
Terimakasih, see you.
